Di tanah Jawa, berdiri megah Candi Prambanan, sebuah mahakarya arsitektur yang menyimpan kisah cinta, siasat, dan pengkhianatan di baliknya. Cerita ini dikenal sebagai legenda Roro Jonggrang dan Seribu Candi.

Konon, pada zaman dahulu kala, ada dua kerajaan bertetangga yang hidup tidak rukun. Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Raja Damarmoyo memiliki seorang putra bernama Bandung Bondowoso, seorang ksatria sakti mandraguna dengan kekuatan luar biasa dan pasukan jin yang setia. Di sisi lain, ada Kerajaan Boko, yang dipimpin oleh raja raksasa bernama Prabu Boko dan memiliki seorang putri cantik jelita bernama Roro Jonggrang.
Suatu hari, Bandung Bondowoso yang ambisius menyerang Kerajaan Boko. Dengan kesaktiannya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Prabu Boko. Setelah kemenangan itu, Bandung Bondowoso segera menduduki istana dan bertemu dengan Roro Jonggrang. Terpukau oleh kecantikan sang putri, Bandung Bondowoso langsung jatuh cinta dan melamar Roro Jonggrang untuk menjadi permaisurinya.
Roro Jonggrang terkejut dan sedih. Bagaimana mungkin ia menikah dengan orang yang telah membunuh ayahnya? Namun, ia tahu menolak secara langsung akan sangat berbahaya. Maka, ia pun mengajukan syarat yang sangat berat, dengan harapan Bandung Bondowoso akan menyerah.
“Baiklah, aku bersedia menikahimu,” kata Roro Jonggrang, “asalkan kau bisa membangun seribu candi untukku dalam waktu satu malam.”
Bandung Bondowoso terdiam sejenak. Syarat itu memang tidak masuk akal bagi manusia biasa, tetapi dengan kesaktian dan pasukan jinnya, ia merasa sanggup. “Baiklah, akan aku penuhi permintaanmu itu!” sahutnya yakin.
Maka, malam itu juga, Bandung Bondowoso segera mengerahkan seluruh pasukan jinnya. Mereka bekerja dengan sangat cepat dan gesit. Suara dentuman batu dan teriakan jin memenuhi malam. Batu-batu besar diangkut, ditumpuk, dan diukir menjadi candi-candi yang menjulang tinggi. Roro Jonggrang yang mengamati dari jauh mulai cemas. Fajar hampir tiba, dan candi-candi itu hampir selesai. Ratusan, bahkan sembilan ratus sembilan puluh sembilan candi, sudah berdiri tegak!
Dalam kepanikannya, Roro Jonggrang memanggil para dayang istana. “Cepat! Bakar jerami-jerami itu di timur! Taburkan bunga-bunga harum di lantai! Pukullah lesung bertalu-talu!” perintahnya.
Para dayang segera melaksanakan perintah itu. Asap mengepul seolah-olah fajar sudah menyingsing. Aroma bunga semerbak seperti pagi telah datang. Suara lesung yang ditumbuk menciptakan ilusi ayam jantan berkokok, tanda pagi telah tiba.
Para jin yang sedang bekerja sangat keras itu, begitu melihat asap dan mencium bau harum, serta mendengar suara lesung, mengira fajar sudah benar-benar menyingsing. Mereka segera menghentikan pekerjaan dan melarikan diri, kembali ke alam mereka masing-masing.
Bandung Bondowoso sangat murka. Ia melihat candi yang keseribu belum selesai, hanya tinggal satu saja. Ia tahu ini adalah siasat Roro Jonggrang.
“Dasar kau perempuan licik!” teriak Bandung Bondowoso, suaranya menggelegar. “Kau telah menipuku! Karena itu, jadilah kau patung batu untuk melengkapi candi yang keseribu!”
Seketika itu juga, dengan kesaktiannya, Bandung Bondowoso mengubah Roro Jonggrang menjadi patung batu. Patung Roro Jonggrang yang anggun itu ditempatkan di dalam salah satu candi di kompleks Prambanan, melengkapi jumlah seribu candi yang diminta.
Hingga kini, patung tersebut masih bisa disaksikan di dalam Candi Prambanan, menjadi saksi bisu akan kisah cinta yang gagal dan siasat seorang putri. Candi-candi yang dibangun oleh Bandung Bondowoso dan pasukannya itu kini dikenal sebagai Candi Prambanan, salah satu situs warisan dunia yang memukau.
Sumber: Google